Click for more products.
No produts were found.

DevOps Roadmap for Beginners

Posted on7 Months ago by 600

Introducing DevOps

Saat ini evolusi teknologi semakin cepat dan pesat. DevOps telah muncul dan menjadi metodologi yang sangat penting untuk men-deliver software dengan lebih cepat, lebih sedikit error, dan kolaborasi yang lebih besar antar tim yang akan terlibat. Jika Anda baru memulai belajar dan ingin tahu roadmap mengenai DevOps. Di akhir artikel ini Anda akan mendapatkan pemahaman lebih jelas dari apa itu DevOps, keterampilan yang dibutuhkan dan roadmap untuk menjadi seorang DevOps Engineer.



1. Understanding DevOps: A Cultural Shift


What is DevOps?

DevOps adalah set of culture (seperangkat budaya) yang dapat menggabungkan kegiatan dari Software Developer (Dev) dan IT Operations (Ops) untuk mempersingkat proses SDLC, deliver fitur, perbaikan (fixing) bug, dan melakukan update lebih sering dan selaras dengan tujuan bisnisyang sedang dijalankan. DevOps bukan hanya soal tools dan automation. DevOps juga merupakan sebuah pergeseran budaya (a cultural shift) yang membutuhkan kolaborasi, komunikasi, dan continuous improvement diantara semua Stakeholder yang terlibat dalam proses software delivery.


Why is DevOps Important?

Di dalam lingkungan yang kompetitif saat ini, kemampuan untuk berinovasi dengan cepat sangatlah penting. Praktik DevOps memungkinkan organisasi untuk melakukan:

  • Speed Up Time to Market : Dengan Continuous Integration dan Continuous Delivery (CI/CD), tim dapat merilis fitur lebih sering.
  • Improve Collaboration : Meruntuhkan sekat-sekat atau dinding pembatas (silos) diantara Dev, Ops dan Stakeholder lainnya.
  • Increase Efficiency : Mengotomasi pekerjaan yang berulang, mengurangi kesalahan manusia (human error) dan membebaskan sumber daya (freeing up resource).
  • Higher Quality : Continuous Testing dan monitoring membantu untuk menangkap isu yang terjadi lebih awal pada deployment cycle.
  • Enhance Security : Dengan mengintegrasikan praktik security (sering disebut DevSecOps) ke dalam pipeline , Organisasi dapat memetakan celah keamanan lebih cepat dan lebih efektif
  • Cost Reduction : Automation, streamlined process, dan meningkatkatnya kolaborasi akan mengurangi biaya software development dan IT Operation akan menghemat biaya dalam waktu cepat ataupun lama.

Key Concept in DevOps

Sebelum menyelam ke dalam roadmap, penting sekali untuk memahami beberapa istilah dasar yang mendukung praktik DevOps

  • Continuous Integration(CI) : praktik yang mengintegrasikan perubahan kode ke dalam repositori bersama (shared repository) secara sering. Mengotomasikan proses build, dan test untuk memastikan perubahan kode baru tidak merusak aplikasi.
  • Continuous Delivery(CD) : Sebuah perpanjangan dari CI menyiapkan perubahan kode secara otomatis untuk rilis ke production.
  • Continuous Testing : Praktik yang menjalankan automated test secara berkelanjutan selama proses SDLC berjalan untuk memastikan kualitas kode dan mendeteksi masalah sedini mungkin.
  • ChatOps : Sebuah pendekatan kolaborasi yang mengintegrasikan perintah dan operasi langsung di dalam platform chat untuk mengotomatisasi alur kerja dan komunikasi tim.
  • Infrastucture As Code (IaC) : Mengelola dan menyediakan Infrastruktur melalui kode daripada melalui proses manual.
  • Monitoring and Logging : Pengamatan secara terus menerus pada proses aplikasi dan infrastruktur untuk mendeteksi dan merespon isu secara real-time.
  • Microservices : Sebuah model arsitektur yang terdiri dari layanan kecil secara independen dan saling berkomunikasi satu sama lain melalui jaringan.
  • Containers : Sebuah unit software yang ringan dan portable dimana dapat mengemas aplikasi dan dependensinya secara bersama-sama.


2. Core DevOps Concepts and Practices

Memahami konsep dasar dan praktik sangat penting untuk setiap calon DevOps Engineer.


  • Version Control System (VCS)
  • Git : Version control system yang digunakan untuk melacak perubahan kode selama pengembangan software dilakukan. Kolaborasi pada kode, dan mengelola branch.
  • GitLab/GitHub/Bitbucket : Platform yang menyediakan Git Repository secara hosting dan fitur kolaborasi seperti pull request/ merge request, issue tracking, dan CI/CD Integration.

  • Continuous Integration (CI)
    CI melibatkan integrasi perubahan kode ke dalam repositori bersama (shared repository) secara sering, beberapa kali dalam sehari. Automated Test dijalankan untuk menemukan bug / error di awal proses pengembangan.
  • Shift Left TestingSebagai bagian dari CI, testing dilakukan dengan shift left yang diartikan test diintegrasikan lebih awal pada SDLC. Shift left testing tersebut membantu mendeteksi bugs, celah security lebih awal, dan meningkatkan kualitas software secara keseluruhan.
  • Tools : Jenkins, Bamboo, CircleCI, Travis CI, GitHub Action
  • Best Practices :
  1. Commit kode secara sering, reguler paling sedikit 1 kali sehari. Integrasi yang reguler dapat membantu untuk perbaikan isu lebih awal.
  2. Menjalankan automated build and test pada setiap commit. Dengan mengotomasi test tersebut akan memastikan error pada kode atau konfigurasi terdeteksi lebih awal. Unit test disarankan dijalankan pada setiap commit supaya perubahan kode yang dibuat tidak merusak fungsionalitas.
  3. Menggunakan feature branches dan pull request/ merge request untuk code review
  4. Memaintain master branch dalam kondisi deployable state. Gunakan branch feature untuk development dan hanya dapat merge branch feature tersebut jika sudah pass melalui automated test dan code review

  • Continuous Deployment (CD)
    CD mengambil satu langkah lebih jauh dari CI dengan mengotomasi deploy kode ke production setelah lulus dari semua test. Ini akan memastikan bahwa software akan selalu dalam keadaan siap di-release (releasable state).
  • Shift left in Security : Mengitegrasikan security scan and compliance akan memeriksa lebih awal pada saat proses deployment untuk memastikan untuk mengamankan software yang akan release.
  • Tools : Jenkins, Gitlab CI/CD, Spinnaker, Argo CD
  • Best Practices :
  1. Automated testing (unit test, integration test, functional test) sebelum deployment dipastikan berjalan di environment test maupun staging. Semua test diharapkan pass sebelum code ke berpindah ke environment production untuk menghindari bug pada saat deployment
  2. Automate deployment dilakukan untuk membedakan environment (contoh: dev, staging, dan production)
  3. Implementasi rollback strategies untuk kegagalan deploy
  4. Gunakan feature flag untuk memungkinkan fitur baru dapat diaktifkan/nonaktifkan tanpa harus melakukan full redeployment.
  5. Menerapkan IaC untuk memastikan infrastruktur yang dibangun menjadi lebih konsisten di berbagai environment, dapat dikontrol dan dapat diuji berdasarkan versinya.

  • Infrastructure as Code (IaC)
    Pendekatan kode yang disediakan oleh IaC  dapat memungkinkan konsistensi, pengulangan, dan skalabilitas.
  • Tools : Terraform, Ansible, Puppet, Chef, AWS CloudFormation
  • Best Practices :
  1. Menulis modul dan kode yang reusable (dapat digunakan terus menerus).
  2. Version control dari kode infrastruktur yang digunakan
  3. Test perubahan infrastruktur yang mengisolasi environment sebelum melakukan deploy ke production.

  • Containerization and Orchestration
    Aplikasi kontainer mengemas (package) aplikasi dan dependensinya, membuat aplikasi-aplikasi tersebut menjadi portabel dan konsisten di berbagai environment.
  • Tools : Docker, Kubernetes, Docker Swarm
  • Best Practices :
  1. Menggunakan base image dengan ukuran ringan untuk kontainer yang digunakan
  2. Implementasi container security best practices.
  3. Menggunakan orchestration tools seperti Kubernetes untuk mengelola aplikasi terkontainerisasi dalam skala besar.

  • Monitoring and Logging
    Monitoring dan logging sangat penting untuk me-maintain heath dan performance dari aplikasi di production.
  • Tools : Prometheus, Devlake, Grafana, ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana), Splunk
  • Best Practices :
  1. Set up alert untuk isu critical
  2. Monitor Key Performance Indicator (KPI) dan Service Level Objective (SLO)
  3. Implementasi centralizer logging (loging secara terpusat) untuk memudahkan track/ pelacakan dan mendiagnosis isu
  4. Gunakan ChatOps untuk memberikan notifikasi jika isu terjadi.


3. Essential DevOps Tools

Untuk unggul di DevOps, anda perlu membiasakan diri dengan membiasakan diri dengan berbagai tool yang dapat melayani berbagai SDLC.


3.1 CI/CD Tools

  • Jenkins : Sebuah tool open-source automation server yang dapat mendukung proses build aplikasi, deploy aplikasi dan mengotomasi setiap project.
  • Gitlab CI/CD : Mengintegrasikan kemampuan CI/CD di Gitlab, memungkinkan otomasi siklus pengembangan (development lifecycle) yang lancar.

3.2 Version Control Tools

  • Git : Standar yang diakui dari version control
  • GitHub/GitLab/Bitbucket : Platform yang menyediakan hosting repositori Git dan fitur kolaborasi.

3.3 Configuration Management Tools

  • Ansible : Sebuah open-source automation tool untuk mengelola konfigurasi, aplikasi deployment, dan task automation.
  • Puppet : Sebuah configuration tool management yang dapat membantu mengelola infrastructure as code.
  • Chef : Sebuah automation tool menyediakan cara untuk men-define Infrastructure as Code.

3.4 Containerization Tools

  • Docker : Sebuah platform kontainerisasi yang paling populer, membantu Software Developer untuk mengemas (package) aplikasi ke dalam kontainer.
  • Kubernetes : Sebuah platform kontainer open source untuk automating deployment, scaling, dan pengelolaan dari aplikasi kontainer.

3.5 Monitoring and Logging Tools

  • Prometheus : Seperangkat tool monitoring dan alerting yang banyak digunakan dalam DevOps.
  • Grafana : Sebuah data visualisasi dan alat monitoring yang dapat diintegrasikan dengan Prometheus dan data source yang lain.
  • ELK Stack : Seperangkat tools yang canggih (Elastic, Logstash, Kibana) untuk melakukan pencarian, analisa, dan visualisasi log data.


4. Building Your DevOps Skillset

Untuk menjadi DevOps Engineer yang mahir, anda perlu mengembangkan berbagai technical skill dan soft skill.


4.1 Technical Skill

  • Scripting dan Automation : Belajar bahasa scripting seperti Bash, Python, Batch, PowerShell untuk mengotomasi berbagai task dan process.
  • Networking Fundamentals : Memahami dasar konsep networking seperti TCP/IP, DNS, load balancing, dan firewall.
  • Cloud Computing : Dapatkan pengalaman langsung dengan menggunakan platform cloud seperti AWS, Azure atau Google Cloud.
  • Security Best Practices : Implementasi security measure di seluruh SDLC, termasuk code scanning, vulnerability assessment, dan secure configuration.

4.2 Soft Skills

  • Collaboration : Bekerja lebih dekat dengan Developer, Operation, dan tim lain untuk memastikan eksekusi project berjalan dengan lancar.
  • Problem Solving : Mengembangkan sebuah mindset analisa yang kuat, untuk melakukan troubleshoot isu secara cepat dan efisien.
  • Communication : Mengartikulasikan konsep secara jelas kepada Stakeholder teknis dan non-teknis.


5. DevOps Certifications and Learning Resources

Sertifikasi dapat memvalidasi skill dan meningkatkan prospek karir. Berikut beberapa sertifikasi DevOps yang populer:

  • DevOps Foundation Certification – DevOps Institute
  • AWS Certified DevOps Engineer – Professional
  • Google Professional DevOps Engineer
  • Certified Kubernetes Administrator (CKA)
  • HashCorp Certified: Terraform Associate

Referensi Belajar :

  • Books : "The Phoenix Project" by Gene Kim, "The DevOps Handbook" by Gene Kim, "Infrastructure as Code" by Kief Morris.
  • Online Courses : Coursera, Udemy, Pluralsight, A Cloud Guru.
  • Blogs and Communities : DevOps.com, DZone DevOps Zone, Reddit, DevOps on Stack Overflow.


6. Practical DevOps Projects to Get Hands-On Experience

Cara terbaik untuk memperkuat pengetahuan yaitu dengan mengimplementasikan pada project yang sebenarnya. Berikut beberapa hal yang bisa diikuti:

  • Setup CI/CD Pipeline : Membuat pipeline menggunakan jenkins, Gitlab CI/CD untuk mengotomasi build, test dan proses deployment dengan aplikasi sampel.
  • Deploy sebuah Kubernetes Cluster : Menggunakan tools seperti Minikube atau Kubernetes pada AWS (EKS) untuk men-deploy sebuah kubernenes cluster dan mengatur aplikasi kontainer.
  • Implementasi Infrastructure as Code : Menggunakan Terraform untuk men-define dan menyediakan infrastruktur di AWS, Azure, atau Google Cloud.
  • Monitor a Live Application : Deploy sebuah monitoring stack (contoh: Prometheus, dan Grafana) untuk memonitor health dan performance dari aplikasi yang sedang live.


7. Staying Updated in the DevOps World

DevOps semakin berkembang, selalu mengikuti perkembangan adalah hal yang penting. Ikuti Blog industri, menghadiri webinar, partisipasi pada forum online, dan terlibat pada komunitas DevOps seperti GitHub, Reddit, dan Linkedin.



Conclusion

Memulai perjalanan di DevOps mungkin terasa berat, tetapi dengan roadmap yang tepat, dedikasi, dan pembelajaran secara kontinyu, Anda akan berada di jalur yang tepat untuk menjadi DevOps Engineer yang terampil. Dengan memahami konsep dasar, menguasai alat-alat penting, dan memperoleh pengalaman praktis, Anda akan dapat berkontribusi pada keberhasilan tim dan dapat memajukan karier Anda.
 

DevOps bukan sekadar career path. Ini adalah pola pikir tentang continuous improvement, kolaborasi, dan inovasi. Jalani roadmap tersebut, dan Anda akan menemukan bahwa peluangnya tidak terbatas.

Related articles
Related products
DevOps helps organizations collaborate to build high quality working software and deliver it into production quickly and frequently, from weeks to even just a few keystrokes. It embraces practice, automation and...
A DevOps Leader is a professional who helps design, influence, implement or motivate the cultural transformation.  The DevOps Leader course is a unique and practical experience for participants who want to take a...
Learn the purpose, benefits, concepts, and vocabulary of DevSecOps including DevOps security strategies and business benefits. As companies are pushing code faster and more often than ever, the rate of...
Agile and DevSecOps represents a major paradigm shift in how enterprises author software. By integrating the operations side of software deployment into development itself, enterprises can create applications more...
Enterprise DevSecOps helps organizations to develop high quality working software and infrastructure, and deliver it into production quickly and frequently. It embraces innovation, engineering practices, automation...
Leave a Comment
Leave a Reply
Please login to post a comment.

Menu

Settings

Click for more products.
No produts were found.